Kini waktunya telah tiba
Waktu dimana aku harus bersandiwara
Menumpahkan gejolak yang telah bersarang
Bertapa didalam sanubari yang kian mengarang
Ketir-ketir akan dinamika pengharapan
Membuat raga teringat tiada datangnya tanggapan
Berkali-kali kukirimkan ucapan
Tak satupun yang terbalaskan
Ayah…
Jangan bermuram durja
dikarenakan lembaran-lembaran ucapan yang kukirimkan setiap tahun
Jangan pernah memaksakan tangan suci itu bekerja
menuliskan balasan yang menghampiri setiap tahun
Ini hanyalah sandiwara rasa yang bergemulung didalam kalbu
Tiada niat mengganggu ketenanganmu dengan ucapan-ucapan yang menyerbu
Aku hanya dirulung mereka oleh rasa cemburu
Berlomba mempersiapkan ucapan dan kado terindah untuk ayah dengan semangat berburu…
Ayah…
Jangan percaya jika aku selalu mendoakanmu dialam shalatku
Jangan percaya jika aku selalu mengingatmu dibayang-bayangan hariku
Jangan percaya jika aku memiliki harapan untuk bisa berkumpul lagi -denganmu
Jangan percaya dengan ucapan-ucapan tulus yang kukirimkan dihari -ulang tahunmu
Aku hanya sedang bersandiwara ayah…
Aku sama seperti ayah,
sedang bersandiwara
meninggalkan lentera kecil berjiwa
Selamat ulang tahun ayah…
Selamat telah menjadi ayah yang berhasil melenturkan lentera kecil -berjiwa
hingga dapat menyala digelapnya hari..
Lentara itu akan terus menyala memberikan penerangan berjuta jiwa
Meskipun sepinya malam dan dinginnya hari